ORGANISASI
INDISCHE PARTIJ
DI
INDONESIA
Oleh :
Ani Anjaswati
Ayu Melati Patma
Silvia Putri Dwitasari
Valda Gusnadia Jannah
SEKOLAH
MENENGAH ATAS NEGERI 1 PRINGSEWU
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sistem kolonial abad 20 di Indonesia
banyak mengalami perkembangan, di bidang politik, ekonomi, dan social budaya. Hal ini secara langsung mempengaruhi bangsa Indonesia. Sejak adanya politik etis pada tahun 1900 yang
dicetuskan oleh Conrad
Theodore Van Deventer, banyak lahir golongan elit terpelajar di
Indonesia. Politik etis merupakan bentuk politik balas budi pemerintah Belanda terhadap bangsa Indonesia yang
telah dipolitisasi. Berkat politik etis, bangsa Indonesia dapat memperoleh pendidikan sehingga dicapai kesadaran emansipasif bangsa. Karena banyaknya kaum terpelajar yang ada, seiring waktu lahirlah organisasi-organisasi
yang bergerak di bidang politik maupun bidang lainnya yang mengarah kepada kemerdekaan Negara Indonesia. Hal tersebut adalah waktu di mana perjuangan mencapai Indonesia
merdeka dimulai.
Pergerakan nasionalisme Indonesia
dipengaruhi oleh adanya kaum terpelajar yang telah bergaul dengan bangsa luar sehingga membuka mata mereka tentang kesadaran akan perasaan senasib. Budi Utomo adalah organisasi pertama yang berdiri di
Indonesia. Namun keanggotaan dalam Budi Utomo masih terbatas dan belum ada tanda-tanda perjuangan kemerdekaan.
Tanggal 25 Desember 1912, berdirilah sebuah partai politik pertama di Indonesia.
Partai ini adalah partai yang secara terang-terangan memiliki tujuan untuk mencapai kemerdekaan bagi Indonesia. Ini adalah perwujudan dari adanya rasa
nasionalisme anak bangsa untuk menuntun kearah kemerdekaan dan menggerakan bangsa agar sadar untuk bersatu demi kemerdekaan. Partai inilah yang mengawali politik anak bangsa meski salah satu pendirinya adalah seorang Indo Eropa.
Partai ini adalah
“IndischePartij”. Indische Partij adalah partai politik pertama di Hindia Belanda. Didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda dan kaum Indo. Douwes
Dekker meluaskan pandangannya terhadap masyarakat
Indonesia umumnya, yang tetap hidup didalam situasi kolonial.
Nasib para Indo tidak di tentukan oleh pemerintah kolonial, tetapi dalam bentuk kerjasama dengan penduduk Indonesia lainnya. Menurut Suwardi Suryaningrat ia tidak mengenal supremasi Indo atas penduduk Bumi Putera, ia menghendaki hilangnya golongan
Indo dengan jalan peleburan dalam masyarakat bumi putera. Indische Partij berdiri atas dasar nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan Indonesia, dan merupakan partai politik pertama di Indonesia
yang berdasarkan Nasionalisme.
Indische Partij adalah suatu partai yang
radikal dan dinyatakan Douwes
Dekker didirikan partai ini merupakan Penantang perang dari pihak koloni yang
menyebar Lasting kepada Karajaan penjajah, Pemungut pajak. Indonesia sebagai “National Home“ semua orang keturunan bumi putera, Belanda, Cina, Arab dan sebagainya, yang mengakui Hindia sebagai tanah air dan kebangsaannya.
Paham ini dulunya di kenal sebagai Indische Nationalosme, yang kemudian melalui Perhimpunan
Indonesia dan PNI menjadi Indonesisch Nationalisme atau Nasionalisme Indonesia. Berbeda dengan organisasi sebelumnya dimana organisasi sebelumnya bersifat sangat berhati-hati,
sedangkan organisasi ini bersifat keras dan langsung bergerak dalam bidang politik.
Melalui partai ini, Ernest Douwes Dekker
mendesak pemerintah untuk mengubah garis kebijaksanaan yang
ditempuh. Indische Partij sebagai organisasi campuran menginginkan adanya kerjasama orang Indo dengan bumi putera. Hal ini disadari benar karena jumlah orang Indo sedikit, maka diperlukan adanya kerjasama dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya bertambah kuat. Organisasi ini mempunyai cita-cita untuk menyatukan semua golongan yang ada di
Indonesia, baik golongan asli maupun golongan Indo, Cina,
Arab dan sebagainya. Mereka dipadukan dalam kesatuan bangsa dengan semangat nasionalisme Indonesia.
1.2
Identifikasi Masalah
a. Perkembangan kolonialisme terhadap lahirnya organisasi di
Indonesia.
b. Pergerakan Organisasi Nasional Indonesia.
c. Berdirinya organisasi Budi Utomo dan organisasi politik
dan pendidikan lainnya.
d. Kronologi tentang organisasi Indische Partij.
1.3
Pembatasan Masalah
Agar penulisan lebih terarah dan tidak meluas penulis
membatasi penulisan pada “Kronologi tentang Organisasi Indische Partij”.
1.4
Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses berdirinya Indische Partij ?
b. Siapa sajakah pelopor berdirinya Organisasi Indische
Partij ?
c. Apakah tujuan didirikannya Organisasi Indische Partij di
Indonesia ?
d. Mengapa terjadi kemunduran Organisasi Indische Partij ?
1.5
Tujuan dan Kegunaan
1.5.1
Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui :
a.
Proses berdirinya
Organisasi Indische Partij.
b.
Pelopor berdirinya
Organisasi Indische Partij.
c.
Tujuan didirikannya
Organisasi Indische Partij di Indonesia.
d.
Proses kemunduran
Organsasi Indische Partij.
1.5.2 Kegunaan dari penulisan ini supaya :
a.
Kita dapat mengambil
pelajaran dari Organisasi Indische Partij.
b.
Kita lebih
menghargai jasa para Pahlawan Indonesia.
c.
Kita dapat
mengetahui bahawa organisasi politik pertama yaitu indische partij.
d.
Kita bisa lebih
mencintai indonesia karena bangsa lain pun cinta dengan indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi
Indische Partij adalah organisasi modern ketiga yang berdiri setelah Budi
Utomo dan Sarekat Islam .Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang
secara tegas menyatakan berpolitik. IP adalah partai politik pertama di
Indonesia. Indische Partij ingin menggantikan Indische Bond yang berdiri pada
tahun 1898. Indische Bond adalah organisasi kaum Belanda peranakan (Indo)
dengan pimpinan K. Zaalberg, seorang indo.Tujuan dibentuknya IP ini adalah
untuk memperbaiki keadaan kaum Indo. Pada masa itu kaum Indo menaruh dendam
kepada bangsa Belanda dan segala sesuatu yang bercorak Belanda.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Proses
berdirinya Organisasi Indische Partij
Douwes Dekker melihat keganjilan dalam masyarakat kolonial khususnya dalam
hal diskriminasi antara keturunan Belanda dan orang Belanda campuran (Indo). Nasib
para Indo tidak ditentukan oleh pemerintahan kolonial,namun terletak pada
bentuk kerjasama dengan penduduk Indonesia lainnya. Bahkan menurut Douwes
Dekker yang kemudian dikenal dengan nama Danudirdja Setyabudhi,ia tidak
mengenak supremasi Indo atas penduduk bumiputera malah ia menghendaki hilangnya
golongan Indo dengan cara bercampur dengan bumiputera.
Douwes Dekker, seorang Indo, berusaha mempengaruhi Indische Bond. Menurutnya,segala
keluh kesah dan bantahan-bantahan tidak akan ada gunanya. Sumber dari segala
kesukaran itu dikarenakan ketergantungan
pada pemerintah kolonial yang menyebabkan kaum Indo menderita dan
dicampakan.
Pendirian organisasi ini dipertegas lagi pada sidang Indische Bond yang
diselenggarakan di Jakarta tanggal 12 desember 1911, dengan pokok pidato
"Gabungan kulit putih dengan sawo matang". Ia berkata, bahwa jumlah
kaum Indo sangat sedikit, sehingga jika ia bertindak seorang diri,maka ia tak
mungkin memperoleh keuntungan. Syarat untuk memperoleh kemenangan dalam
pertentangan dengan penjajah Belanda ialah menggabungkan diri dengan bangsa
Indonesia agar kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
Pendapat Douwes Dekker berbeda dengan pendapat Zaanberg, pemimpin Indische
Bond. Ia menerima ketergantungan terhadap pemerintah kolonial. Menurut
Zaanberg,dalam ketergantungan itu,kaum indo akan hidup berbahagia, asalkan pemerintah dan orang-orang Eropa lapisan atas
suka menolongnya.Zaalberg ingin mengekalkan penjajahan sedangkan Douwes Dekker
ingin menghapuskan penjajahan itu.
Untuk persiapan pendirian Indische Partij, maka mulai tanggal 15 September - 3
oktober 1912, Douwes Dekker mengadakan
perjalanan Propaganda di Pulau Jawa. Di Surabaya, ia mendapat sokongan dari Dokter Tjipto Mangoen Koesoemo. Di
Bandung ia mendapat sokongan dari R.M.
Soewardi Soerjaningrat, juga Abdul Muis yang pada saat tu telah menjadi
pimpinan Sarekat Islam cabang Bandung. Di Yogyakarta mendapat sambutan baik
dari pengurus Budi Utomo,juga daerah Jawa Barat,Jawa Tengah dan Jawa
Timur.Mereka merupakan "tiga serangkai" yang sangat ditakuti oleh
Belanda. Mereka ialah tokoh-tokoh Indische Partic yang didirikan di Bandung
pada tanggal 25 Desember 1912 yang mana semboyannya yaitu Hindia for Hindia
yang berarti Inodnesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan
bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali.
2.2.2 Pelopor
berdirinya Organisasi Indische Partij.
Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan bangsa tanpa
membedakan tingkatan kelas, seks atau kasta, golongan bangsa yang menjadi
anggota Indische
Partij adalah golongan bumi putera,
golongan Indo, Cina dan Arab. Keanggotaan
Indische Partij tersebar pada 30 cabang dengan jumlah anggota seluruhnya 7.300
orang, sebagian besar golongan Indo. Sedangkan jumlah anggota golongan bumi putera adalah 1.500 orang, kebanyakan golongan
terpelajar. Cabang Indische Partij yaitu Semarang,
dengan jumlah anggota 1.300 orang, Surabaya dengan jumlah anggota 850 orang,
Bandung dengan jumlah anggota 700 orang, Batavia dengan Jumlah anggota 654
orang.
Jika dibandingkan dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam, maka keanggotaan
Indische Partij lebih kecil jumlahnya.
Mungkin disebabkan karena adanya perasaan takut untuk memasuki suatu
perkumpulan politik. Adanya pasal
111 Regerings-Reglement (RR), yang berbunyi "Bahwa
perkumpulan-perkumpulan atau persidangan-persidangan yang membicarakn soal
pemerintahan (politik) atau membahayakan keamanan umum dilarang di Hindia
Belanda". Pasal ini
merupakan tembok penghalang yang sukar ditembus oleh Indische Partij dalam
mengembangkan jumlah Anggotanya.
Didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda dan kaum Indo. Berikut profil tiga serangkai :
1. Ernest
Douwes Dekker
Nama Lengkap : Ernest
Douwes Dekker atau
Danudirja Setiabudi
Lahir : 8 Oktober1879 Pasuruan, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal : 28 Agustus1950 Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Pekerjaan : Politisi
Douwes Dekker adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Pendidikan dasar ditempuh Nes di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama diteruskan ke HBS di Surabaya, lalu pindah ke Gymnasium Willem III,
suatu sekolah elit di Batavia. Selepas lulus sekolah ia bekerja
di perkebunan kopi
"Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur. Di sana ia menyaksikan perlakuan
semena-mena yang dialami pekerja kebun, dan sering membela mereka. Tindakannya membuat
ia kurang disukai rekan kerjanya, namun
disukai pegawai bawahannya. Akibat konflik dengan manajernya, ia dipindah ke
perkebunan tebu
"Padjarakan" di Kraksaan sebagai laboran. Sekali lagi, dia terlibat konflik
dengan manajemen karena urusan pembagian irigasi untuk tebu perkebunan dan padi
petani. Akibatnya, ia dipecat.
2. Tjipto
Mangoenkoesoemo
Dr. Cipto Mangunkusumo atau Tjipto Mangoenkoesoemo adalah seorang tokoh
pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai" yang
banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap
pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang
pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat,
bukan oleh Belanda. Dr. Cipto Mangunkusumo lahir di Pecangakan, Ambarawa tahun 1886 dan waafat di Jakarta, 8 Maret 1943
Tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh
pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan
baru kembali 1917. Dokter Tjipto menikah dengan seorang Indo pengusaha batik, sesama
anggota organisasi Insulinde, bernama Marie Vogel pada tahun
1920. Ia wafat pada tahun 1943 dan dimakamkan di TMP Ambarawa.
3.Ki Hadjar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei1889 dan wafat di Yogyakarta, 26 April1 959, disingkat sebagai "Soewardi" atau
"KHD" adalah
aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah
pendiri Perguruan
Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak
pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.Tanggal kelahirannya sekarang
diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani,
menjadi slogan Departemen
Pendidikan Nasional.
2.2.3 Tujuan
didirikannya Organisasi Indische Partij di Indonesia.
Bunyi pasal-pasal dalam anggaran
dasar Indische Partij sebagai tujuan didirikannya indische partij, seperti sebagai berikut:
1.
Memelihara nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita
kesatuan kebangsaan semua Indiers, meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah
budaya Hindia, mengasosiasikan intelek secara bertingkat kedalam suku dan antar
suku yang masih hidup berdampingan pada mada ini, menghidupkan kesadaran diri
dan kepercayaan kepada diri sendiri.
2. Memberantas rasa kesombongan rasial dan keistimewaan
ras.
3. Memberantas usaha untuk membangkitkan kebencian agama
dan sektarisme.
4. Memperkuat daya tahan rakyat Hindia dengan mengembangkan individu ke aktivitas yang
lebih besar secara taknis dan memperkuat kekuatan batin dalam soal kesusilaan
5. Berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang
Hindia
6. Memperkuat daya rakyat Hindia untuk mempertahankan tanah air
dari serangan asing.
7. Mengadakan unifikasi, perluasan, pendalaman, dan
meng-Hindia-kan pengajaran, yang semua hal tersebut ditujukan kepada kepentingan ekonomi Hindia,
dimana tidak diperbolehkan adanya perbedaan perlakuan karena ras, seks atau
kasta dan harus dilaksanakan sampai tingkat yang setinggi-tingginya yang bisa
di capai
8. Memperbesar pengaruh pro-Hindia di dalam pemerintahan.
9. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan
memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
2.2.4. Proses
kemunduran Organsasi Indische Partij.
Sejak semula Indische Partij memang
menunjukkan keradikalannya sehingga pemerintah kolonial Belanda merasa perlu menghentikannya.
Itulah sebabnya organisasi ini tidak dapat berumur panjang karena pada akhirnya
pemimpinnya dibuang ke luar negeri. Persoalan yang menyangkut nasib tiga
serangkai tersebut erat hubungannya dengan tindakan Belanda pada tahun 1913,
dalam rangka memperingati bebasnya negeri Belanda dari penindasan Prancis pada
tahun 1813 merupakan
suatu ironi bahwa negara yang menjajah, merayakan kebebasan negerinya itu di
negeri yang dijajahnya sendiri, lebih-lebih untuk perayaan tersebut pemerintah
akan memungut biaya dari rakyat Hindia.
Melihat
fenomena menarik tersebut, Suwardi Suryaningrat dan kawan-kawan akhirnya
membentuk “Komite Bumi Putera”, komite yang bertujuan menentang peringatan tersebut. Komite
ini kemudian mengeluarkan brosur yang didalamnya dimuat tulisan Suwardi
Suryaningrat dengan judul: “Als ik een Nederlander Wasyang” isinya menyindir dengan tajam sikap
pemerintah kolonial Belanda yang ingin merayakan kebebasannya di tanah jajahan
dengan cara memungut biaya dari rakyat. Karena tulisannya itulah Suwardi
Suryaningrat ditangkap, dan temannya tang tergabung dalam “Komite Bumi Putera”
juga tidak luput dari pemeriksaan pemerintah.
Setelah
penangkapan Suwardi, Cipto mangun Kusumo kemudian menlis sebuah karangan di
harian De Expres dengan julul “ Kracht of Vrees” (Kekuatan atau Ketakutan).
Tulisan itu jelas merupakan sindiran terhadap pemerintah kolonial. Selanjutnya
Douwes Dekker yang merasa senasib dengan kawan-kawannya itu kemudian juga
menulis sebuah karangan yang berjudul “Onze Helden : Cipto Mangunkusumo en R.M. Suwardi,
yang isinya sangat membangga-banggakan kedua temannya . Akibatnya, ketiga tokoh
tersebut dieksernisasi ke negeri Belanda.
Mulai saat
itu, berhembuslah gerakan politik yang menusuk kekuasaan kolonial. Meledaknya Perang Dunia I
(1914-1918), membuat pemerintah Hindia Belanda selalu berhati-hati terhadap
gerakan politik disini. Walaupun peperangan tidak terjadi
secara riil, getarannya menyentuh alam pikiran kaum pergerakan. Semboyan
presiden Amerika Serikat Wilson, “The Right of Self Ditermination” sangat
mempengaruhi sikap para tokoh Indonesia.
Kepergian
dari ketiga pemimpin tersebut membawa pengaruh terhadap kegiatan Indische
partij yang makin lama makin menurun, kemudian Indische Partij menjadi partai Insulinde. Sebagai asas utama dalam
program yang tertera: “ Mendidik suatu
nasionalisme Hindia dengan memperkuat cita- cita persatuan bangsa”, kepada
anggota ditekankan supaya menyebut dirinya “ Indiers “, orang Hindia. Pengaruh Serekat Islam telah menarik
orang- orang Indonesia, sehingga Partai Insulinde menjadi semakin lemah.
Kembalinya Douwes Dekker dari negeri Belanda tahun 1918 tidak mempunyai arti
bagi partai insulinde, pada bulan juni 1919 berganti nama menjadi National
Indische Partij.
Indische
Partij hidup tidak lama, konsep kebangsaan yang dicanangkan dan dikembangkan sangat berpengaruh terhadap tokoh-tokoh pergerakan kebangsaan Indonesia dan sepak terjang organisasi
pergerakan kebangsaan Indonesia pada masa-masa selanjutnya. Pemimpin-pemimpin
Indische Partij setelah organisasinya dibubarkan dan dianggap sebagai partai
terlarang bersepakat secara perorangan tetap terus mempropagandakan cita-cita
organisasi tersebut melalui tulisan-tulisan ataupun organisasi lain.
BAB III
KESIMPULAN DAN
SARAN
1.1
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Indische Partij adalah organisasi pertama yang secara
tegas menyatakan berpolitik. Dengan demikian IP adalah partai politik
pertama di Indonesia. Indische Partij ingin menggantikan Indische Bond yang
berdiri pada tahun 1898. Partai ini didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangun kusumo dan Suwardi Suryaningrat, yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda totok dan kaum Indo.
Tujuan Indische Partij sebagai yaitu, membangun
patriotisme semua “Indiers” kepada tanah air yang telah memberi lapangan hidup
kepada mereka, Menganjurkan kerjasama atas dasar
persamaan ketatanegaraan, memajukan tanah air hindia, mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Penyebab
mundurnya Indische
Partij karena ia menunjukkan keradikalannya sehingga
pemerintah kolonial Belanda merasa perlu cepat menghentikannya. Karena tulisan
tiga yang isinya menyindir pihak belanda, ketiga tokoh tersebut dieksernisasi
ke negeri Belanda.
1.2
SARAN
Sebagai generasi
mudapenulis menyarankan kepada :
- Pemerintah supaya lebih memperhatikan arsib bangsa dan lebih mengenalkan seharah bangsa indonesia dan lebih memerhatikan para pahlawan nasional. Tingaktkan mutu pendidikan, jangan pentingkan golongan. Partai hanya sebagai batu loncatan demi bangsa untuk kemajuan.
- Generasi muda, supaya lebih mencintai dan menghargai jasa para pahlawan dan untuk itu kita berasama tingkatkan prestasi, harumkan negeri membangun bangsa yang benar-menar merdeka. Jangan hanya kenang para pahlawan namun jadikan para pahlawan bangga melihat perjuangan mereka yang tidak sia-sia melihat indonesia yang merdeka.